Sunat Perempuan di Antara Bahaya dan Tradisi
Hari Anti-Sunat Perempuan atau International Day of Zero Tolerance for Female Genital Mutilation diperingati saban tanggal 6 Februari. Hari ini jadi momen untuk mengingatkan masyarakat tentang bahaya praktik sunat perempuan.
Sunat perempuan sendiri merupakan praktik menggores kulit area genitalia. Sebagian masyarakat percaya bahwa sunat perempuan merupakan praktik turun-temurun yang harus diikuti.
Banyak negara masih melakukan praktik sunat perempuan, utamanya negara-negara yang berada di Benua Afrika. Sunat biasanya dilakukan saat perempuan masih menginjak usia anak-anak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pilihan Redaksi
|
Namun demikian, manfaat itu tak bisa dibuktikan secara medis. Alih-alih bermanfaat, para ahli medis justru sepakat bahwa sunat perempuan tak bermanfaat sama sekali.
Dokter spesialis obstetri dan ginekologi di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) Jakarta Muhammad Fadli mengatakan, tak ada manfaat apa pun dari praktik sunat perempuan. Alih-alih manfaat, yang tersisa justru hanya rasa sakit dan tindak kekerasan dari sunat tersebut.
"No benefit al all, just harm. Hanya kekerasan dan rasa sakit yang ditinggalkan," kata Fadli dalam wawancara bersama CNNIndonesia.comterkait liputan khusus Belenggu Tabu Sunat Perempuantahun lalu.
Pemotongan klitoris yang ada di area genitalia, sebut Fadli, bukan hanya menyiksa, tapi juga berbahaya.
"Efeknya banyak sekali, mulai dari pendarahan, infeksi di vagina, infeksi saat berkemih. Bahkan bisa syok yang berujung pada kematian," kata dia.
Di luar sisi medis, beberapa budaya juga mengaitkan praktik sunat perempuan dengan agama tertentu. Masyarakat Bone, Sulawesi Selatan, misalnya, yang percaya bahwa tanpa sunat, ke-Islam-an seorang anak perempuan tidak sahih.
Namun, melakukan sunat terhadap perempuan dengan dalih agama Islam juga tak bisa dibuktikan kebenarannya.
![]() |
Akademisi sekaligus anggota Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) Nur Rofiah menyebut, sunat pada perempuan tidak disandingkan dengan agama Islam. Sunat perempuan, lanjut dia, tak bisa bersembunyi di balik agama Islam untuk menghalalkan praktik tersebut.
"Saya rasa tidak benar kalau [sunat perempuan] terus dipaksakan dengan dalih agama Islam," kata Nur.
Nur memastikan, Al-Qur'an, sebagai sumber utama Islam sama sekali tidak menyebutkan isu sunat, terutama yang harus dilakukan perempuan.
"Tidak ada hadis masyhur tentang khitan perempuan yang menunjukkan bahwa praktik ini [sunat perempuan] syariat. Seandainya khitan perempuan itu syariat, pasti akan dipraktikkan oleh seluruh keluarga Muslim di masa Nabi Muhammad," jelas Nur.
[Gambas:Video CNN]
(责任编辑:知识)
- Anak Menelan Cairan Berbahaya? Jangan Langsung Dimuntahkan
- OPEC Mau Dongkrak Produksi Minyak Besar
- Bukan 5, Kurator Protes 2 Lukisan Yos Suprapto: Jika Tetap Dipajang Merusak Tema!
- Kapolri Minta Dittipid PPA Tindak Tegas Kasus Kekerasan Anak dan Perempuan Secara Cepat
- Maju Pilkada Jakarta 2024, Istana Sebut Pramono Cukup Cuti Tak Perlu Mundur dari Jabatan
- Catat! Girik Tidak Akan Berlaku Lagi di Tahun 2026, Begini Kata Kementerian ATR/BPN
- Polisi Hari ini Ungkap Aktor Intelektual Perusuh 22 Mei
- 高考结束出国留学有哪些途径?
- Lagi, Kasus TBC Indonesia Peringkat Kedua di Dunia
- ECB Soroti Inflasi Eropa, Akan Pangkas Suku Bunga di April 2025?
- Viral Pup di Hanteo Music Awards, Ini 7 Makanan yang Merangsang BAB
- Geliat Bisnis Sukanto Tanoto, Pemilik Asian Agri di Sumatra hingga Tanglin Mall di Singapura
- Persiapan Optimal untuk Hindari Cedera Golf
- Pernikahan Mewah di China, Pengantin Wanita Pakai 100 Gelang Emas
- PMI Manufaktur Turun Drastis, Jokowi Minta Jajarannya Membeli Produk Dalam Negeri
- Tema Natal 2024 Nasional PGI
- OPEC Mau Dongkrak Produksi Minyak Besar
- Cek Jadwal Libur Nasional dan Cuti Bersama Januari 2025, Banyak Tanggal Merah!
- Dasco Akui Ridwan Kamil
- Zulkifli Hasan Gugat ke MK, Cium Aroma Kecurangan?