Total Utang 24 Juta Masyarakat di Paylater Tembus Rp21,35 Triliun, Naik 26,59%
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penyaluran kredit Buy Now Pay Later(BNPL) atau paylateroleh industri perbankan terus mencatatkan pertumbuhan pesat. Per April 2025, baki kredit BNPL perbankan mencapai Rp21,35 triliun, naik 26,59% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menyampaikan bahwa porsi kredit BNPL masih relatif kecil terhadap keseluruhan portofolio kredit perbankan, yakni hanya sekitar 0,27%.
“Per April 2025, baki kredit BNPL sebagaimana dilaporkan dalam SLIK tumbuh sebesar 26,59% menjadi sebesar Rp21,35 triliun, dengan jumlah rekening mencapai 24,36 juta,” ujar Dian dalam Konferensi Pers RDK Bulanan Mei 2025 di Jakarta, Senin (2/6/2025).
Secara total, OJK mencatat bahwa penyaluran kredit perbankan pada April 2025 mencapai Rp7.960,94 triliun, tumbuh 8,88% yoy.
Baca Juga: Sebanyak 24,5 Juta Orang Terjerat Pay Later, Utang Masyarakat Capai Rp22,78 T
Berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 15,86%, diikuti kredit konsumsi 8,97%, dan kredit modal kerja yang tumbuh 4,62% yoy.
Dari sisi kepemilikan, Bank BUMN masih menjadi pendorong utama dengan pertumbuhan kredit sebesar 8,82%. Sementara itu, kredit kepada korporasi tumbuh 12,77%. Kredit kepada sektor UMKM juga mencatatkan kenaikan sebesar 2,60%, dengan kredit usaha kecil tumbuh paling tinggi, yaitu 9,48%.
Di sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh 4,55% yoy menjadi Rp9.047 triliun. Rinciannya, giro tumbuh 6,02%, tabungan 6,05%, dan deposito 2,07%.
Baca Juga: Masyarakat Doyan Ngutang, Pinjaman di Pinjol Capai Rp80 Triliun
Likuiditas perbankan juga terjaga, ditunjukkan dengan rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) sebesar 25,23% dan rasio alat likuid terhadap non-core deposit (AL/NCD) sebesar 111,32%, keduanya masih jauh di atas ambang batas minimum 10% dan 50%.
Rasio liquidity coverage(LCR) tercatat di level tinggi 200,35%. Kualitas kredit tetap terjaga, dengan rasio non-performing loan(NPL) gross di angka 2,24%, dan NPL net naik tipis dari 0,81% menjadi 0,83%.
Adapun loan at risk(LAR) berada di angka 9,92%, sedikit meningkat dibanding bulan sebelumnya, namun masih lebih rendah dari posisi April 2024 dan di bawah level pra-pandemi (9,93% per Desember 2019).
(责任编辑:焦点)
- ·Respons Partai Buruh Usai Kaesang Diam
- ·Luncurkan Digitalisasi Pelayanan Perizinan, Luhut: Izin Konser di RI Harus Keluar H
- ·Sosok Monica Rasyid Potensi Jadi Alternatif di Pilgub Kalteng
- ·Pramugari Berjam
- ·Usai Diperiksa KPK, Pengusaha Rahmat Djangkar Akui Sudah Terima SPDP Kasus Korupsi Pemkot Semarang
- ·Parpol di DKI Lagi Mainkan Politik Layangan
- ·Emiten Keluarga Panigoro (MEDC) Jadwalkan Pembagian Dividen Final USD37,95 Juta, Cek!
- ·Rekomendasi 5 Tempat Piknik Gratis di Jakarta buat Santai Sore
- ·Ridwan Kamil Usulkan 'Satu Kecamatan Satu Arsitek', Penataan Kawasan Kumuh di Jakarta
- ·Listrik Mati, Anies Baswedan Sarankan Agar...
- ·Satgas Judi Online Resmi Dibentuk Presiden, Berikut Tugas dan Fungsinya
- ·Investor Waspada! Saham FORE dan SMKM Masuk Radar UMA
- ·Santorini Batasi Wisawatan Imbas Pengunjung Kapal Pesiar Membludak
- ·Prabowo Subianto Tegaskan Sukses Pembangunan Ekonomi Bergantung Iklim Usaha Dalam Negeri
- ·Cardiac Emergency Mayapada Hospital, Solusi Kegawatdaruratan Jantung
- ·Sosok Monica Rasyid Potensi Jadi Alternatif di Pilgub Kalteng
- ·Kebaya dari Masa ke Masa: Dipakai Ibu Petani hingga Pekerja Seni
- ·Jokowi Minta Kemendag Atur Perdagangan Tanaman Kratom
- ·Cek Jadwal dan Daftar Wilayah Pekan Imunisasi Nasional Polio 2024
- ·Golden Visa dan Harapan Peningkatan Jumlah Wisatawan Berkualitas ke RI